Kamis, 10 April 2014

konsep penciptaan manusia menurut hindu dan budha



konsep penciptaan manusia menurut hindu dan budha







konsep terciptanya manusia menurut agama hindu
 
Ada beragam kisah penciptaan alam semesta yang dituturkan secara mitologis dan berbeda-beda dalam kitab-kitab Purana. Menurut kitab Weda, unsur dasar alam semesta ini adalah aditi yang berarti ketiadaan atau kehampaan. Segala sesuatu yang ada merupakan diti yang artinya terikat. Sebelum adanya alam semesta, yang ada hanyalah Brahman, sesuatu yang sulit dilukiskan. Brahman berada di luar kehidupan dan kematian, tak terikat oleh waktu, abadi, tak bergerak, ada dimana-mana, memenuhi segala sesuatu.
Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya. Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).
Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu: Akasa (ether); Bayu (zat gas, udara); Teja (plasma, api, kalor); Apah (zat cair); Pertiwi (zat padat, tanah, logam).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Sari-sari Pancamahabhuta menjadi Sadrasa, yaitu enam macam rasa. Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Kehidupan dimulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Sebelum manusia diciptakan, terlabih dahulu Brahman dalam wujud sebagai Brahma, menciptakan para gandharwa, pisaca, makhluk gaib, dan sebagainya. Setelah itu terciptalah tumbuhan dan binatang. Manusia tercipta sesudah munculnya tumbuhan dan binatang di muka bumi. Karena memiliki unsur-unsur yang menyusun alam semesta, maka manusia disebut Bhuwana Alit, sedangkan jagat raya disebut Bhuwana Agung.
Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti "makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri".

konsep terciptanya manusia menurut agama budha
 



Dalam surat pittaka menjelakan ”Saudara-saudara , akan tiba suatu saat,cepat atau lambat, setelah berakhirnya suatu massa yang lama, dunia ini hancur dan berevolusi. Ketika hal ini terjadi , umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di alam Ambhassara, mereka hidup dialam itu dengan kekuatan pikiran, hidup dengan kenikmatan, memancarkan cahaya dari tubuh mereka, melayang-layang diangkasa, dan kehidupan ini berlangsung terus dalam keindahan, demikianlah mereka adanya, dan mereka hidup dalam suatu masa yang lama sekali.
Saudara-saudara, tiba juga suatu saat, cepat atau lambat, system dunia ini  mulai berevolusi  kembali. Ketika hal ini terjadi alam Brahma Nampak tapi kosong. Ada sesosok mahluk yang karena masa hidupnya telah habis atau disebabkan oleh pahala jasa karma baiknya telah habis, meniggal dari alam Ambhassara  dan terlahir kembali di alam Brahma. Disitu ia hidup dengan kekuatan pikiran, hidup dengan kenikmatan, memancarkan cahaya dari tubuhnya, melayang-layang diangkasa, dan kehidupan ini berlangsung terus dalam keindahan, demikianlah ia adanya, hidup dalam masa yang lama sekali. Karena ia tinggal di alam itu terlalu lama dan sendirian maka perasaan tidak puas dan kerinduan muncul dalam dirinya: “oh semoga mahluk-mahluk  yang lain pun datang menemani saya di tempat ini  pada saat itu ada mahluk –mahluk  yang karena usia mereka telah habis atau karena pahala [karma baik]telah habis ,meninggaldan lenyap dari alam abhassara dan muncul di alam brahma manjadi kawannya ,dan dalam berbagai hal mereka hidup seperti dia.
Saudara –saudara, berdasarkan hal ini mahluk pertama yang  telah lahir dan muncul di alam brahma itu berpikir: “ Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat  bagi semua mahluk dan asal mula dari semua kehidupan. Saya yang menciptakan mahluk-mahluk ini. Mengapa demikian? Beberapa saat yang lalu saya berfikir : ‘Oh semoga  mahluk –mahluk lainpun datang menemani saya ditempat ini!’ Begitulah ide  yang ada dalam pikiranku dan begitu pula yang terjadi  mahluk-mahluk ini muncul.”
Mahluk-mahluk yang muncul sesudah dia juga berfikir : “ Mahluk-mahluk ini mesti Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua mahluk, asal mula semua mahluk, asal mula semua kehidupan, ayah dari semua yang  ada dan yang akan ada. Oleh Brahma ini kita semua diciptakan. Mengapa begitu? Karena seperti apa yang kita lihat, dia yang lebih dulu ada sedangkan kita muncul sesudahnya.
Saudara-saudara berdasarkan hal ini, mahluk yang muncul lebih dulu usianya lebih panjang, lebih cakap dan lebih berkuasa, sedangkan mahluk yang muncul sesudah dia nampak berusia pendek, tak terlalu cakap dan kurang berkuasa. Demikianlah ada mahluk-mahluk yang meninggal di alam itu dan terlahir kembali di alam ini (bumi).  Karena  telah berada di bumi, ia meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi pertapa. Sebagai pertapa ia berusaha sungguh-sungguh bermeditasi, bersemangat, bertekad, tekun, dan dengan pengertian serta perhatian  yang benar ia mencapai ketenangan batin.  Dengan pikiran yang tenang ia dapat mengingat kembali  kehidupannya  yang lampau,  tetapi  yang diingatnya hanya sampai pada satu kehidupan yang lampaui saja dan tak melampaui itu, ia bekata : “Brahma yang dipuja, adalah Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan  Dari semua , Pembuat ,  Pencipta tempat semua mahluk, asal mula kehidupan, Ayah dari  semua yang ada dan yang akan ada. Oleh dialah maka kita diciptakan. Ia adalah kekal, tetap, eternal, tak berubah, dan ia akan tetap seperti itu untuk selama-lamanya. Tetapi kita yang diciptakan oleh Brahma itu, kita semua yang telah kemari adalah tidak kekal, berubah-ubah, tidak permanen dan berusia pendek dan pasti mati.
Saudara-saudara demikianlah asal mula dari segala sesuatu yang kamu sekalian nyatakan sebagai ajaran kamu bahwa segala sesuatu  diciptakan oleh maha kuasa Brahma.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar